My Writings. My Thoughts.
’Memetik Hikmah Idul Adha untuk Menggapai Kebermaknaan Hidup
On » Wednesday, December 10, 2008 //
In »
Khotib 'Idul Adha di Komplek Bank Indonesia Pancoran
Pada tgl 8 Desember 2008, seluruh umat Muslim melaksanakan Sholat hari raya Idul Adha 1429 H. Mulia tahun 2000 Allamdulillah Saya melaksanakan sholat tersebut biasanya di tanah suci, akan tetapi tahun ini saya tidak berangkat kesana dan di minta oleh pengurus mesjid Al-Hidayah Komplek Bank Indonesia Pancoran untuk menjadi Khotib di sana. Pukul 6.45 mulailah melaksanakan sholat 'id dan dilanjutkan khutbah idul Adhanya.
inilah isi khutbahnya;
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum, Wr, Wb.
Allahuakbar...wa Lillahilhamd
Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala anugerah, cinta, dan kasih sayang-Nya yang telah tercurah kepada kita hamba-hamba-Nya. Dia-lah Yang Maha Agung dan Mulia, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Yang sempurna dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya. Dia tidak pernah meninggalkan kita dalam kelemahan dan ketidakberdayaan, Dia tidak pernah lupa dan lalai kepada hamba-hamba-Nya. Dia-lah Tuhan serusekalian alam, menguasai kerajaan dan kehidupan langit dan bumi.
Sholawat beserta salam mudah-mudahan senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw., yang dengan semangat perjuangan dan pengorbanannya di jalan Allah telah membimbing manusia menuju kebahagiaan sejatinya di dunia dan di akhirat, yaitu dengan menempuh jalan tauhid yang lurus dan benar.
Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur kepada Allah, pada pagi ini jutaan umat manusia mengumandangkan tahmid, takbir, dan tahlil atas keagungan dan kemuliaan Allah. Seiring dengan itu, Allah telah menghimpun umat manusia dari belahan dunia hadir di rumah-Nya dalam rangka menunaikan ibadah haji, sebagai upaya mengembalikan manusia kepada fitrah dan jati dirinya. Salah satu makna terbesar yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah haji adalah tentang persatuan dan kesatuan umat. Ajaran ini tercermin sejak orang yang melaksanakan ibadah haji memasuki miqat. Di sini mereka harus berganti pakaian karena pakaian melambangkan pola, status dan perbedaan-perbedaan tertentu. Pakaian menciptakan "batas" palsu yang tidak jarang menyebabkan "perpecahan" di antara manusia. Selanjutnya dari perpecahan itu timbul konsep "aku", bukan "kami atau kita", sehingga yang menonjol adalah kelompokku, kedudukanku, golonganku, sukuku, bangsaku dan sebagainya yang mengakibatkan munculnya sikap individualisme. Penonjolan "keakuan" adalah perilaku orang musyrik yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
”Janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah agama mereka dan mereka menjadi beberapa partai. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka" (QS. Ar-Ruum 31-32)
Allah juga menghimpun mereka di arafah-Nya untuk mengenal diri dan kiprahnya dalam kancah kehidupan di dunia, serta untuk mengevaluasi sejauh mana dia mensyukuri nikmat hidup yang dianugerahkan Allah kepadanya dan sejauh mana dia memiliki kesadaran mengaplikasikan rasa syukur tersebut dengan meningkatkan kualitas hidup, kualitas ibadah, dan kualitas amal salehnya. Sungguh, orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang berupaya mewujudkan kebermaknaan hidupnya dengan dasar iman yang kuat dan kokoh. Kunci kebermaknaan hidup tersebut adalah keimanan dan amal saleh.
’Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran” (QS, 103:1-3).
Alhamdulillah, pagi ini kita juga dapat bersimpuh sujud kepada-Nya, mengagungkan Dia dengan segala kesempurnaan-Nya. Inilah hari Allah memanggil umat manusia untuk mengikuti jalan kebenaran yang telah dibangun oleh bapak tauhid Ibrahim, As., Inilah hari Allah mengajarkan umat manusia untuk mewujudkan kebahagiaan sejati hidupnya dengan perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah. Tidak akan pernah merugi orang-orang yang selalu memperioritaskan hidupnya di jalan Allah. Allah akan selalu membimbing hati dan membersihkan jiwanya, Allah akan selalu memelihara dan menjaga kehidupannya, dan Allah menjadi pelindungnya.
Hari yang kita peringati ini adalah hari ketika seorang nabi Allah, lbrahim As, sedang menapaki sebuah jalan yang sulit dan penuh rintangan untuk mencapai ketinggian spiritual, beliau telah menemukan jalan kebenaran dengan memurnikan tauhidnya kepada Allah. Ibrahim telah menunjukkan kearifan dan keteguhan dalam pengabdiannya kepada sang Khaliq, kecintaan seorang Ibrahim kepada Allah di atas segala-galanya. Kecintaannya kepada Allah telah membawanya larut dalam ketaatan dan kepatuhan yang tulus dan murni, dan telah mengantarkannya menjadi seorang bapak tauhid, yaitu bapaknya para nabi dan rasul serta para ulama, shiddiqin, dan umat manusia. Ibrahim telah mengajarkan kemurnian tauhid, terutama saat detik-detik yang sangat sulit bagi seorang ayah untuk menjalankan perintah Allah, yaitu menyembelih putera kecintaannya Isma’il, buah hati dan belahan jiwa yang sekian lama kehadirannya dinanti.
”Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS, 37: 102).
Ayat di atas memperlihatkan kepada kita betapa mesra dan indahnya hubungan orang tua dan anak yang dikaruniakan Allah kesalehan. Keduanya menunjukkan keagungan cinta kepada Allah, dan keduanya mengikhlaskan hidup dan mati hanyalah milik Allah. Dan keduanya mengajarkan ketinggian akhlak, yaitu menjalankan perintah Allah dengan penuh kesabaran. Pengorbanan yang paling besar dalam sejarah kehidupan umat manusia adalah pengorbanan Ibrahim As., dan Ismail As., dalam menelusuri jalan tauhid. Itulah jalan untuk mencapai ketinggian derajat, harkat, dan martabat kemanusiaan.
”Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, ”Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. 37: 103-105)
Demikianlah kisah pengorbanan dua anak manusia saleh yang akan selalu tercatat dalam sejarah kemanusiaan, yang menggambarkan bahwa pengorbanan di jalan Allah harus dilakukan dengan totalitas. Hanya dengan perjuangan dan pengorbanan di jalan Allah-lah setiap anak manusia dapat mewujudkan kebahagiaan hidupnya, dan hanya dengan itulah setiap anak manusia dapat menggapai kebermaknaan hidupnya.
Ikhwan fillah, marilah kita mengikuti jejak langkah Ibrahim As., dan Ismail As., dalam mengarungi samudera kebahagiaan dan kehormatan kehidupan, yaitu dengan meningkatkan perjuangan dan pengorbanan dalam hidup, sebab tidak ada kebahagiaan tanpa perjuangan, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, dan tidak ada artinya pengorbanan dalam hidup kecuali didasari dengan penuh keikhlasan. Setiap butiran keringat, tetesan air mata, harta, jiwa, dan raga yang telah kita korbankan, pada saatnya akan dibalas oleh Allah dengan janji kebahagiaan dan surga-Nya.
”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (QS. 09:111)
”Orang-orang Mukmin ialah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan tak pernah ragu, berjuang di jalan Allah dengan harta dan nyawa. Mereka itulah orang-orang yang tulus hati.” (QS, 49:15)
Hamba-hamba Allah yang terhormat, perjuangan dan pengorbanan seorang muslim di jalan Allah tentu mencakup semua dimensi kehidupan manusia, termasuk yang bertalian dengan kesulitan dan kerumitan untuk menjalani kehidupan yang baik; melawan hawa nafsu di dalam diri sendiri untuk mencapai keutamaan akhlak, berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai kebaikan dan perbaikan hidup masyarakat. Tergantung suasana di mana seseorang tinggal, juga dapat berarti melawan kezhaliman dan penindasan, menyebarkan dan membela Islam, dan membentuk masyarakat yang adil melalui dakwah, taklim, dan tabligh. Bahkan juga berupa aktivitas inovasi diri untuk mempertahankan kepentingan dan harga diri, dengan meningkatkan etos kerja dalam menjalankan tugas-tugas hidup. Inilah bukti keimanan yang tulus dan murni kepada Allah.
Dengan demikian, kesadaran keimanan harus mengejawantah dalam kehidupan yang konkrit, yaitu mengikuti kehendak Allah dalam berbuat dan bertindak, sebagai upaya mewujudkan sebuah kesalehan. Manusia saleh akan selalu berusaha mewujudkan kebahagiaan hidupnya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Dengan demikian terciptalah sebuah kesalehan sosial. Islam merupakan aturan hidup yang menjaga kepentingan sosial kemanusiaan. Semua perintah dan kewajiban dalam Islam untuk memelihara hak-hak hidup manusia, maka sikap atau tingkah laku penganutnya harus bersumber pada prinsip kemaslahatan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan diturunkannya Islam di muka bumi ini, yaitu rahmatan lil’alamîn.
Wassalam,
My videos. Featured videos.
Status Rank
Azra Andi Fadila
Buah HatiKu
Wisuda S3
Tab2
Ujian Disertasi Doktor
Andian Parlindungan
Suami dari Ermi Saidah dan Ayah 3 anak Rafa, Raka & Azra. Pimpinan Nurani Spiritual Training. Dosen Universitas Negeri dan Swasta, Penceramah & Pembimbing Ibadah Umrah dan Haji.
Carrisa Raffa Andisa
Info Nggladrah
Bahagia
Istri Tercinta
Rakhsanda Andi Aziz
Ini Baru Iklan
Iklan
Recent Post
Iklan
Pages
Archivo del blog
Pengikut
My photos. Now you know me.
Search
Browse Flickr
My lifestream. Stay updated with me.
Ruang Pesan
About Me
- Andian Parlindungan
- Motto hidup saya adalah "Sampaikanlah ilmu yang kamu punya walau hanya satu ayat sekalipun".
No Response to "’Memetik Hikmah Idul Adha untuk Menggapai Kebermaknaan Hidup"
Post a Comment